A
N
A
P
M
O
K

Ketika "Mantan" Basecamp PMII Kompana Menyisakan Nostalgia

Sahabat-sahabat PMII STAIPANA
sedang mengemas buku-buku menuju kontrakan baru.
Doc: PMII Kompana Bangil
Sebuah perpindahan selalu meniscayakan permulaan sejarah baru tetapi sekaligus menyiasakan nostalgia. Barangkali memang begitu "logika mantan" itu, menurut saya.

Proses ‌pindah kantor sekretariat yang dilakukan oleh sahabat" PMII Komisariat Pancawahana Bangil demi menghirup nuansa yang berbeda, hari ini (6/1/2019), berlaku dalam hukum yang sama. Betapa berat meninggalkan hal-hal yang telah menyatu dalam keseharian: diskusi bersama, masak bareng, ngorok berjamaah, bahkan saling bully dalam kemesraan, adalah dunia yang kami lalui bersama dengan segenap suka dan dukanya.

‌Pagi menjelang siang, sahabat² mulai berdatangan. Satu persatu. Basecamp lama sebagai lalu lintas kegiatan ke-PMII-an kami ini  berdomisili di dusun Cemandi, desa Kersikan, Bangil. Dengan samangat yang menggelora, salah satu anggota pengurus bernama Munirul Hakim, pemuda tekun dan bertubuh kekar tapi mungil ini, datang tepat waktu: pukul 09:00 pas. Sesuai pengumuman yang saya umumkan sekitar pukul 23:40 melalui chat grup WA.

‌Sahabat² yang datang ke basecamp lama ini berjumlah 15 orang. Sambil tetap berusaha ceria, pelan-pelan kami mengemas seluruh inventaris kepengurusan kami, mulai dari buku-buku, beberapa peralatan masak, sampai figura² yang menampangkan wajah² mantan seluruh Ketua Komisariat PMII Pancawaha mulai sejak awal berdiri.

Tak terasa, waktu bergeser sedemikian cepat. Jam dinding menunjukkan pukul 12:23, dan kami semakin ingin cepat² selesai demi antusiame untuk melihat basecamp baru.

Maka, kami berangkat dengan membawa buku-buku yang telah dibungkus menuju kontrakan baru, yang berlokasi di Jl. Apel, Kolursari, dekat dengan kampus perjuangan kami. Akan tetapi, di tengah perjalan menuju lokasi, terjadi musibah kecelakaan ringan. Motor yang dikendarai dua orang sahabat yang kami banggakan, Ainin dan Linda, menyenggol motor Honda Supra fit berwarna hitam. Pengendara motor itu, bapak separuh baya, terjatuh. Orang-orang lalu berkerumun.

Tentu saja dua sahabat kami itu panik dan tegang. Seolah-olah darah tak mengalir di tubuh mereka. Alhamdulillah ternyata bapak yang disenggol tidak lecet sedikitpun. "Ngapuntenne, Pak, sing kwatah nggeh. Kulo mboten semerap," begitu tutur sahabat AININ & LINDA sambil mencium si Bapak.

Kami yang menyaksikan peristiwa itu juga ikut tegang. Khawatir ada apa-apa. "Iya, Nak, gak papa. Tapi lain kali hati-hati kalau bersepada motor. Dilanjut wis jalannya," jawab Bapak baik hati itu dengan ramah.

Duuuh, kami bahagia mendengar cerita mereka berdua, setiba dinkontrakan baru yang  bakal jadi sekretariat baru kepengurusan kami. Tampak wajah mereka masih bergetar seolah-olah seperti pencopet yang dikejar-kejar massa.  "Aku nyenggol wong rek se'tas... tapi alhamdulillah wonge gak popo. Tapi aku rasane koyok gak duwe urat, jantung iki dereddeg terus," cerita Linda dengan nada gemetar tapi yang tampak malah lucu.

Dinda, salah satu dari trio kader  begejekan, menimpali, "Iyo ta, beb?", godanya sambil tertawa lepas, sementara yang lain menaruh buku-buku yang dibawa sambil menyaksikan kondisi kontarakan baru. "Wenak adem kene iki, garai aku krasan nginep," seru sahabat Zunia, ketua HMJ PAI STAI Pancawaha ini dengan berbunga-bunga.

Sebagai ketua baru, saya merasa bahagia tak terkira. Betapa harapan dan mimpi² yang kami canangkan sejak raker beberapa minggu yang lalu, telah menemukan ruang baru yang lebih bergairah. Semangat belajar bersama, diskusi rutin sampai pusing kepala, dan terus menorehkan karya adalah espektasi yang kami tumbuh-kembangkan dan bakal kami rawat bersama-sama.

Setiap perpindahan memang menyiasakan nostalgia, tetapi kami tidak akan terjebak di dalamnya. Ia kami butuhkan hanya sebagai pemindai kenangan saja. Kami akan terus bergerak ke depan, ke ujung sana, menuju cita-cita mulia, bagaimanapun terjalnya.

Silahkan tonton videonya di bawah ini.

Posting Komentar

0 Komentar