A
N
A
P
M
O
K

Kekuasaan Hakikatnya Adalah Cobaan

Malu rasanya jadi bangsa Indonesia, yang mana akhir-akhir ini hampir setiap saat masyarakat disuguhi film drama kolosal bertema perebutan jabatan, baik jabatan politik, gubernur,walikota atau bupati, bahkan kades sampai ketua RT. Termasuk perebutan kursi menjadi anggota dewan bahkan perebutan jabatan ini mulai menajmur pada tataran ormas, kampus-kampus dan lembaga pendidikan yang mempunyai background Islami.

Sketsa pemimpin
Orang yang ingin menjadi pejabat publik, tentunya mempunyai banyak cara untk menggapainya, ada yang menggunakan cara yang halal dan ada juga yang menghalalkan segala macam cara untuk menduduki jabatan tersebut. Ada seseorang yang menggapai keinginanya menduduki jabatan yang dia inginkan dengan cara halal yaitu proses pencapaianya sesuai dengan mekanisme yang berlaku, missal seseorang yang berusaha berkarir dari bawah dalam bidang yang diinginkanya, maka dia terus berusaha menunjukan kamampuaya hingga timbul kepercayaan masyarakat kepadanya, hingga akhirnya dia dipercaya untuk menduduki jabatan sesuai dengan yang diinginkan.


Tetapi adakalanya seseorang ingin menjadi pejabat public (pemimpin) dengan jalan yang tidak sesuai (jalan pintas), yaitu dengan menghalalkan segala cara, bahkan sering kaliterjadi dalam perebutan jabatan itu, ada pihak yang sengaja menggunakan cara-cara kotor, politik uang, politik curang hingga berusaha pemembunuhan karakter terhadap rival-rivalnya. Sungguh peristiwa-peristiwa yang rancau ini dapat merusak akhlaq serta Mental bangsa, khususnya merusak bagi generasi bangsa kedepan. Kewibawaan orang yang mempunyai jabatanpun mulai luntur dikalangan masyarakat dan yang tersisah adalah sifa kediktatoran dan egosentris yang dapat diungkapkan :” kalau kamu taat, maka kamu selamat. Tetapi bila kamu tidak taat, maka kamu kiamat.


Melihat realita semikian ini sangat bertentangan dengan tatacara para pemimpin islam pada zaman dulu yang terkenal dengan bijaksana dan dapat memberikan tauladan yang baik, bahkan hampir sempurna.
Kalau kita mengaca pada kepemimpinan Sayyidina umar bin abdul aziz diangkat sebagai kholifah, beliau memanggil imam salim bin Abdullah, imam Muuhammad bin ka’ab al-qordhi, imam raja’ bin haiwah, beliau berkata: “aku telah diberi cobaan ini (memegang kekuasaan), maka nasihatilah aku.”


Subhanallah, sayyidina umar bin abdul aziz menganggap bahwa jabatan kholifah itu sebagai cobaan. Maka imam salim bin Abdullah berkata kepada beliau, “jika engkau ingin selamat dari siksa Allah, puasalah dari kesenangan dunia dan berbukalah ketika dating kematian.” sedangkan imam Muhammad bin ka’ab Al-Qordhi berkata, “jika engkau ingin selamat dari siksa Allah, jadikan orang muslim yang besar sebagai ayah bagimu dan muslim yang sedang sebagai saudarahmu serta muslim yang kecil sebagai anakmu, maka hormatilah ayahmu, mulyakan saudarahmu, serta sayangilah anakmu.”

pemimpin adalah cobaan
Adapun raja’ bin haiwah berkata kepadabeliau,” jika engkau ingin selamat dari siksa allah, cintailah kaum muslim sebagaimana engkau mencintai dirimu, dan bencilah apa yang tidak engkau suka pada sesuatu yang engkau tidak suka terjadi pada dirimu.”
Kita lihat juga bagaimana sayyidina numar bin khottob dilantik menjadi kholifah setelah menggantikan sayyidina abu bakar as-siddiq, beliau berkata yang intinya, “demi Allah, tidak ada sesuatu yang saya takuti didunia ini kecuali memimpin umat Nabi Muhammad, memimpin umat islam jauh lebih berat ketimbang menggenggam bumi.”

Penulis :yovi ade irvan maulana

Posting Komentar

0 Komentar