A
N
A
P
M
O
K

Puzzle Sejarah Kebangkitan Nasional


PENGGAGAS AWAL KEMERDEKAAN
Sarekat Islam atau Boedi Oetomo?











Nomor wahid, sebagai penggagas pertama KEMERDEKAAN INDONESIA pada awal abad 19, dari penjajahan Belanda (kolonialis Eropa), adalah Syarekat Islam. HOS Tjokroaminoto mencitakan Negara yang merdeka (zelf Bestur) yang bersendikan kepada Agama Islam.

Dalam kongres-kongres Syarikat Islam nampak semangat dan jiwa merdeka yang sangat kental:
Pada tanggal 26 Januari 1913, diadakan Kongres I Sarekat Islam di Surabaya. Ribuan orang datang berbondong-bondong, jalan-jalan menuju Taman Kota di mana kongres diselenggarakan penuh sesak oleh orang.  Kongres tersebut dipimpin oleh Tjokroaminoto dan pada kongres itu beliau menyatakan bahwa Sarekat Islam bertujuan: “…Membangun kebangsaan, mencari hak-hak kemanusiaan yang memang sudah tercetak oleh Allah, menjunjung derajat yang masih rendah, memperbaiki nasib yang masih jelek dengan jalan mencari tambahan kekayaan". Pernyataan Tjokroaminoto adalah bahasa lain daripada upaya untuk melepaskan diri dari penjajahan Belanda yang menginjak Kebangsaan, memperkosa hak-hak Kemanusiaan, serta MerendahkanDerajat dan Martabat Bangsa Indonesia.






Pada Kongres Nasional pertama SI di Bandung HOS Tjockroaminoto menyatakan ideal hubungan Indonesia dengan Belanda sebagai berikut: “Tidaklah layak Hindia –Belanda diperintah oleh Holand, Zoals een landheer zijn percelen beheert (sebagai tuan tanah yang menguasai tanah-tanahnya). Tidaklah wajar untuk melihat Indonesia sebagai sapi perahan yang diberikan makanan hanya disebabkan oleh susunya. Tidaklah pada tempatnya untuk menganggap negeri ini sebagai suatu tempat di mana orang-orang datang dengan maksud mengambil hasilnya.  Keadaan yang sekarang yaitu negri kita diperintah oleh suatu Staten-General yang begitu jauh tempatnya nun di sana…dan pada saat ini tidaklah lagi dapat dipertanggung jawabkan bahwa penduduknya terutama penduduk pribumi, tidak mempunyai hak untuk berpartisipasi di dalam masalah-masalah politik, yang menyangkut nasibnya sendiri….Tidak bisa lagi terjadi bahwa seseorang mengeluarkan undang-undang dan peraturan untuk kita tanpa partisipasi kita, mengatur hidup kita tanpa kita”.




Nampak jelas perjuangan SI untuk membangkitkan semangat MERDEKA, dan bangkit berdiri sendiri tanpa Terjajah Kolonial Belanda. Sekaligus bukti sebagai pelopor kesadaran politik bangsa Indonesia. Kongres Nasional ke II diselenggarakan di Jakarta melahirkan Program asas dan program Tandzim. Keterangan Asas (Pokok) mengemukakan kepercayaan Central Sarekat Islam bahwa: “Agama Islam itu membuka rasa pikiran perihal persamaan derajat manusia…dan bahwasannya itulah sebaik-baiknya agama buat mendidik budi pekertinya rakyat…Partai juga memandang agama sebagai sebaik-baiknya daya upaya yang boleh dipergunakan agar jalannya budi akal masing-masing orang itu ada bersama-sama budi pekerti….dan memperjuangkan agar tambah pengaruhnya segala rakyat dan golongan rakyat…di atas jalannya pemerintahan dan kuasanya pemerintah yang perlu akhirnya akan boleh mendapat kasa pemerintah sendiri (Zelf bestuur).

Semakin jelas perjuangan SI, pada kongres nasional kedua di Batavia ini adalah cita cita Zelf bestuur (pemerintahan sendiri) dengan mengambil dasar Islam sebagai agama mayoritas bangsa indonesia. Lihat juga Program-Asas (Beginsel-program) dan Program-Pekerjaannya (Program van Actie) Syarikat Islam dalam Tafsir Asas dan Proghram Tandzim PSII Maksud Pergerakan S.I : akan menjalankan Islam dengan seluas-luas dan sepenuh-penuhnya, supaya kita mendapat suatu Dunia Islam yang sejati dan menurut kehidupan Muslim yang sesungguh-sungguhnya

Ini berbeda dengan Boedi Oetomo (1908), Boedi Oetomo yang dijadikan sebagai tonggak kebangkitan nasional semenjak di tetapkan oleh kabinet hatta pada tahun  1948. Sampai saat ini tanggal 20 Mei diperingati sebagai HARI KEBANGKITAN NASIONAL. Kebangkitan nasional berarti Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan NASIONALISME serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan REPUBLIK INDONESIA. Boedi Oetomo sebagagai penggagas Kemerdekaan Indonesia yang pertama?, ternyata hanyalah ‘mitos imajinatif’ (meminjam istilah sejarawan taufiq Abdullah). “kebangkitan nasional 20 Mei 1908, adalah rekaan mitologis yang imajinatif bagi peneguhan suatu bangsa." .

Berarti, dalam kacamata Taufiq Abdullah, “Boedi Oetomo” tidaklah sama sekali memperjuangkan KEMERDEKAAN INDONESIA. Bahkan Asvi Marwan (peneliti LIPI), menyatakan bahwa Boedi Oetomo itu tidak bersifat nasionalitas dan tidak mengambil peranan politik (perlawanan politik terhadap kolonialis) “Hanya meliputi Jawa dan Madura saja” katanya. Dalam buku yang ditulisnya, “Seabad Kontroversi Sejarah“ Asvi sendiri menulis bahwa Budi Utomo yang oleh banyak orang dipercaya sebagai simbol kebangkitan nasional, pada dasarnya merupakan lembaga yang mengutamakan kebudayaan dan pendidikan, dan jarang memainkan peran politik yang aktif. Padahal politik adalah pilar utama sebuah kebangkitan. KH Firdaus AN memberikan penjelasan logical reasons kenapa Boedi Oetomo tidak memperjuangan KEMERDEKAAN INDONESIA
Perkumpulan itu (BO) dipimpin oleh kaum Ambtenaar, yaitu para pegawai negeri yang setia kepada pemerintah kolonial Belanda. Pertama kali BU diketuai oleh Raden T Tirtokusumo, Bupati Karanganyaryang dipercaya Belanda. la memimpin BU sejaktahun 1908 sampai dengan tahun 1911. Kemudian dia digantikan oleh Pangeran Arjo Noto Dirojo dari istana Paku Alam, Yogyakarta. Sebagai orang Kraton yang diberi gaji oleh Belanda, maka ketua BU itu sangat patuh kepada induk semangnya. Dengan dipimpin oleh kaum bangsawan yang inggih selalu, tidak mungkin BU akan dapat melangkah maju untuk mengadakan aksi massa, berjuang guna mengubah nasib mereka yang mender ita di bawah telapak kaki penjajah Belanda. Dengan sifat kebangsawanan yang pasif dan setia kepada Belanda itu,juga membuat Budi Utomo terjauh dari rakyat. Dan sifat aristokratis yang negatif itu adalah merupakan sifat dan ciri khas BU sampai akhir hayatnya.

Indikasi “DE ISLAMISASI SEJARAH” (penghilangan peran Ummat Islam dalam sejarah) adalah motif utama kata sejarawan Nasional dari Bandung (UNPAD); Ahmad Mansyur Suryanegara. Dan keputusan Kabinet Hatta menjadikan momentum Boedi Oetomo sebagai tonggak Kebangkitan Nasional adalah A-HISTORIS (tidak didukung fakta sejarah).
Sejak awal, “KEMERDEKAAN” adalah program Ummat Islam Bangsa Indonesia yang dipelopori oleh Syarikat Islam.




Kesimpulan dari kami adalah, kita tidak perlu terjebak kedalam perdebatan yang (barangkali) akan menjadi pemicu percaian bangsa. sebagai Bangsa Indonesia kita senantiasa menjaga dan merawat khazanah ke-Indoensiaan termasuk diantaranya adalah Warisan sejarah, warisan Budaya, Warisan ilmu dll sebagai satu kesatuan yakni (warisan) leluhur Indonesia, bagaiman pergulatan mereka dalam mencari identitas Indonesia, mulai dari mencari identitas tanah air, identitas bangsa, hingga identitas ideologi. sampai pada cita-cita mereka pun direstui oleh Allah SWT sehingga diraihla kemerdekaan Indonesia. tugas kita hari ini hanya perlu merawat khazanah tersebut. tak perlu memperdebatkan apalagi sampai muncul sumbuh permusuhan gara-gara hal yang seharusnya bisa dinegosiasikan seperti polemik penetapanan Hari Kebangkitan Nasional (misalnya) yang di nisbatkan pada tanggal Berdirinya Organisasi kedaerahan Boedi Oetomo ata pada Serikat Islam, saya kira organisasi Budi Utomo dan Serikat Islam adalah bagian dari kepingan Puzzle sejarah kebangkitan Nasional dan masih adalagi kepingan-kepingan Puzzle (gerakan Masyarakat dalam usaha melepaskan diri dari Penjajahan Belanda) seperti Sejarah Pergerakan Diponegoro, Muballigh Haji Misbach,dll. semua yang saling melengkapi, kepingan tersebut membentuk Puzle besar, saling melengkapi dan jika tergabung semua maka Pazzle itu dapat kita maknai yaitu kebangkitan Bangsa Indonesia untuk Merdeka.  . 





Tulisan disadur dari :


http://jiwapraja.blogspot.co.id/2011/06/pertarungan-idiologis-di-nusantara-part.html






















_________________________________________
Sumber :

-Syarikat Islam (1912) adalah organisasi Islam pertama yang merupakan metamorfosa dari Syarikat Dagang Islam (1905) yang didirikan oleh H Samanhudi
-Deliar Noor, “UTUSAN HINDIA”, 7 Maret 1912; Dalam Deliar Noer, hal 126
-http://www.budiutomo.com/2010/12/biografi-budi-utomo.html
-http://id.wikipedia.org/wiki/Kebangkitan_Nasional_Indonesia
-http://sejarah.kompasiana.com/2011/05/20/menjejak-ulang-sejarah-kebangkitan-bangsa/
-http://www.muslimdaily.net/jurnalis/7609/kontroversi-kebangkitan-nasional
-KH Firdaus AN, “DOSA-DOSA POLlTIK Orde Lama dan Orde Baru Yang Tidak Boleh Berulang Lagi di Era Reformasi”, Pustaka Al-Kautsar- Jakarta Timur, cet kedua, juni 1999, hlm. 88
-Ahmad Mansur Suryanegara, “API SEJARAH 1”, PT Salamadani Pustaka Semesta- Bandung, Cet ke II th 2009,  hlm 337 – 372.

Posting Komentar

0 Komentar