Pada kegiatan Njagong Budaya yang diselenggarahkan PC LESBUMI bekerjasama dengan PMII Pancawahana Bangil hari Senin malam tanggal 30 Oktober 2017 bertempat dihalaman PCNU Bangil.
di isi oleh Narasumber Intelektual muda NU yakni Gus Rizal Mumazziq Zionis yang membincang tentang "Peran Santri dalam menjaga NKRI." dengan statemen yang disampaikan bahwa "Bagaimanapun juga kita harus bersyukur hidup dirumah sederhana bernama Pancasila daripada hidup dirumah yang mewah namun masih angan-angan berupa Khilafah."
ketika cak Moderator Bahauddin Amyasi memberikan Microphone kepada Gus Rizal tanda bahwa diskusi mulai akti, mulailah Gus Rizal menyampaikan Muqodimah dengan menyapa para tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut. rasanya tak asing apa yang saya liat dan yang saya dengar padahal saya baru pertama kali bertemu serta bertatapan muka dengan Dosen UINSA serta Ketua LTN-NU Surabaya itu, namun kok sepertinya tak asing ditelingah ku. perlahan-lahan kubentangkan tengingah ku seluas-luasnya serta berusaha mencari (sesuatu) hal yang tak asing bagi saya, saya mulai memperhatikan suaranya, suara beliau yang lantang rasanya tak asing bagi saya, selanjutnya mendengarkan intonasi berbicara lugas dan tegas beliau membuat aku semakin penasaran kok juga tak asing, mulai semakin penasaran untuk menteteksi gejala-gejala perasaan ini. saya selami lagi dan melihat gestur tubuh yang tegap dan semangat dalam penyampaianya indra tubuh ini seakan pernah melihat beliau pernah bertemu beliau sebelumnya, tapi dimana? otak dan logika saya tak mampu menjawabnya.
karena reflektif nya materi yang disampaikan beliau, mau tak mau aku harus menidurkan rasa penasaranku, mengalihkan indraku untuk fokus mendengarkan apa yang beliau sampaikan.
dalam forum itu juga, saya dipertemukan dengan sahabat se-angkatan MAPABA XXI dulu, dengan penampilan rambut gimbalnya yang hampir menyerupai tempat sarang burung. sembari menikmati tembakau yang sodorkan sahabat ku Sokeb Syeckher Scooterisc ahirnya bisa kembali fokus lagi mengikuti Njagong Budaya.
dalam forum itu juga, saya dipertemukan dengan sahabat se-angkatan MAPABA XXI dulu, dengan penampilan rambut gimbalnya yang hampir menyerupai tempat sarang burung. sembari menikmati tembakau yang sodorkan sahabat ku Sokeb Syeckher Scooterisc ahirnya bisa kembali fokus lagi mengikuti Njagong Budaya.
penjelasan yang terekam dalam ingatanku adalah bahwa pada tanggal 30 Oktober (hari ini) tepat 72th yang lalu Arek-arek Suroboyo telah membuat sejarah baru serta membuat tentara sekutu pada tercengang. betapa tidak, karena (tanggal 30 Oktober) menyimpan peristiwa bersejarah telah terjadi peperangan di Surabaya yang menewaskan Brigadir Jendral WS Malabi. dimana baru pertama kalinya Jendral sekutu mati di peperangan yang sebelumnya tak pernah terjadi peristiwa seperti ini. dengan kematian Malabi sontak membakar api kemarahan pasukan belanda serta menuding bahwa Rakyat Surabaya harus bertanggung jawab atas kematian Jendral WS Malabi.
selang beberapa waktu kemudian pasukan sekutu menyebarkan selebaran melalui pesawat yang isinya rakyat Surabaya harus menyerah serta menyerahkan semua senjata apapun kepada pasukan sekutu dan berjalan jongkok sambil meletakan tanganya dibelakang lehernya masing-masing. jika tidak rakyat surabaya tidak mau menyerah, maka tak segan-segan asukan sekutu untuk membombardir kota surabaya. arek-arek Surabaya yang membaca selebaran dari pasukan sekutu tidak kemudian angkat tangan dan menyerah, justru semakin membakar semangat perjuangan rakyat Surabaya.
Penyampaian Gus Rizal yang juga sebagai seorang penulis seakan membawa kami masuk kedalam serta melihat sejarah perjuangan Rakyat Indonesia. beliau juga mengupas tentang setrategi taktik gerakan perlawan Ulama dan Santri. mulai dari pasukan berani mati, pasukan bersenjata serta pasukan Hizbullah dan Pasukan Laskar Santri juga dikupasnya. hal yang menarik adalah selain classter pasukan dikalangan santri, dikalangan Ulama pun ada classter masing-masing, ada yang di classter sebagai komandan perang, ada juga yang berada pada classter gerakan Spiritual dengan aktivitas seperti mensuwuk Pasukan perang (memberi minum santri dengan air yang telah dibacakan doa). sampai akhirnya indonesia mampu mempertahankan NKRI.
selang beberapa waktu kemudian pasukan sekutu menyebarkan selebaran melalui pesawat yang isinya rakyat Surabaya harus menyerah serta menyerahkan semua senjata apapun kepada pasukan sekutu dan berjalan jongkok sambil meletakan tanganya dibelakang lehernya masing-masing. jika tidak rakyat surabaya tidak mau menyerah, maka tak segan-segan asukan sekutu untuk membombardir kota surabaya. arek-arek Surabaya yang membaca selebaran dari pasukan sekutu tidak kemudian angkat tangan dan menyerah, justru semakin membakar semangat perjuangan rakyat Surabaya.
Penyampaian Gus Rizal yang juga sebagai seorang penulis seakan membawa kami masuk kedalam serta melihat sejarah perjuangan Rakyat Indonesia. beliau juga mengupas tentang setrategi taktik gerakan perlawan Ulama dan Santri. mulai dari pasukan berani mati, pasukan bersenjata serta pasukan Hizbullah dan Pasukan Laskar Santri juga dikupasnya. hal yang menarik adalah selain classter pasukan dikalangan santri, dikalangan Ulama pun ada classter masing-masing, ada yang di classter sebagai komandan perang, ada juga yang berada pada classter gerakan Spiritual dengan aktivitas seperti mensuwuk Pasukan perang (memberi minum santri dengan air yang telah dibacakan doa). sampai akhirnya indonesia mampu mempertahankan NKRI.
setelah mumbuka laptop dan membuka jendela profil FB saya, sontak menjawab kegelisahanku dari hal aneh apa yang ku rasakan saat mendengar dan memperhatikan Gus Rizal Mumazziq. ternyata suara beliau, gestur tubuh beliau saat menyampaikan Materi, intonasi beliau dalam bertutur kata mengingatkan seorang Guru saya yaitu Alm. H M Romli. mirip sekali beliau berdua, tak hanya pemahaman tentang sejara yang diatas rata-rata, namun gestur mereka berdua hampir sama. mungkin dalam tulisan ini, setidaknya saya bisa bersyukur bisa bertemu dengan Budayawan dan Sejarawan penerus dari Guru saya Alm.H M Romli.
Semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan Rahmat kepada Beliau berdua,, Amin
0 Komentar