A
N
A
P
M
O
K

Merajut Sumpah Yang Pudar


Ilustrasi Ikrar Sumpah Pemuda
sudah 72 tahun Indonesia Merdeka, dan sudah sepatutnya kita mengisi kemerdekaan ini dengan aktivitas-aktivitas produktif dalam rangkah melanjutkan tongkat estafet cita-cita didirikanya Negeri ini.

Dalam mengarungi sejarah, indonesia telah melewati masa-masa yang luar biasa, mulai zaman kerajaan sampai zaman kolonial. pada zaman kolonial rakyat indonesia di politisasi habis-habisan mulai potilitasi kekuasaan, pemerintahan sampai pada politisasi pendidikan, sampai-sampai rakyat Indonesia tidak mengenal Indonesia karena pengaburan sejarah yang dilakukan belanda. namun dari pengalaman yang dialami oleh rakyat membuat mereka belajar tentang jatidiri bangsa sampai akhirnya berkumpulah kaum muda minoritas yang bertekad untuk mengkonsolidasi rakyat dalam satu Ikrar yang disebut Sumpah Pemuda. Pemerintahpun kini mengabadikan momentum Sumpah Pemuda dengan menyimpan peninggalan-peninggalan dan dokumentasi peristiwa Sumpah Pemuda di Gedung Sekretariat PPI di Jl. Kramat Raya 106 Jakarta Pusat.

Tidak bisa dipungkiri, Salah satu tonggak utama pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia adalah Sumpah Pemuda. Peristiwa ini dapat dimaknai sebagai momentum awal dari bulatnya tekad pemuda Indonesia untuk mengakhiri masa ketertindasan yang telah berjalan selama beratus-ratus tahun.

Momen ini juga dapat diartikan sebagai titik kumpul dari perjuangan rakyat yang sebelumnya hanya berbasis kedaerahan dan kurang terkoordinasi.

Sesuai dengan nama “Sumpah Pemuda”, peristiwa ini merupakan sebuah momen ketika para pemuda Indonesia mengucapkan ikrar bahwa mereka bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Ikrar ini merupakan kristalisasi dari semangat rakyat Indonesia –yang diwakili oleh kaum pemuda—untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan dan berdirinya Negara Indonesia.

Ikrar yang diucapkan pada tanggal 28 Oktober 1928 ini, kemudian selalu diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Nah tentunya, makna peringatan ini bukan hanya sekadar upacara seremonial, melainkan juga bagaimana kita mampu memetik banyak pelajaran dan semangat dari sejarah Sumpah Pemuda.

Sejarah Menuju Lahirnya Sumpah Pemuda

Sejatinya, proses panjang perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah terbagi menjadi dua fase, yaitu sebelum tahun 1908 dan sesudahnya. Sebelum tahun 1908, perjuangan rakyat Indonesia masih terpusat pada perjuangan fisik dengan perlengkapan senjata yang sangat sederhana. Perjuangan ini pun masih bersifat kedaerahan sehingga sangat mudah untuk digagalkan.

Kemudian, di awal  tahun 1908, perjuangan mulai beralih pada ranah organisasi sosial dan politik. Arena perjuangan ini umumnya dimotori oleh kalangan pemuda dan pelajar Indonesia. Sebut saja, organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan lainnya. Masa ini menjadi awal dari mantapnya arah perjuangan bangsa Indonesia, yakni mewujudkan persatuan demi kemerdekaan.

Sejak tahun itu pulalah, nama “Indonesia” digunakan sebagai nama organisasi yang didirikan oleh pelajar Indonesia di negeri Belanda, yaitu Perhimpunan Indonesia yang sebelumnya bernama Indische Vereeniging.

Para tokoh dan pahlawan seperti Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Budi Utomo, juga senantiasa mempopulerkan istilah ‘Indonesia’ guna mengimbangi istilah ‘Hindia Belanda’ yang merupakan sebutan dari pemerintah kolonial Belanda.



Kongres Pemuda I
Kongres Pemuda I

Jika sebelumnya di negeri Belanda telah berdiri organisasi pelajar ‘Perhimpunan Indonesia’, maka di Indonesia pada tahun 1925  juga didirikan organisasi pelajar ‘Perhimpunan Pelajar – pelajar Indonesia (PPPI)”. Organisasi yang baru diresmikan di tahun 1926 ini, terdiri dari pelajar-pelajar yang ada di Jakarta dan Bandung, yang dalam perkembangannya juga diikuti oleh pelajar di seluruh Indonesia. Di antaranya seperti Moh. Yamin, Sugondo Djojopuspito, A.K. Gani, Sigit, Abdul Sjukur, Sumitro, dan lainnya.

Tujuan dibentuknya organisasi ini senada dengan tujuan Perhimpunan Indonesia, yakni demi persatuan dan kesatuan, serta menghilangkan sifat-sifat berbau kedaerahan. Hingga akhirnya, mereka memutuskan untuk mengadakan Kongres Pemuda yang berlangsung sejak tanggal 30 April-2 Mei 1926 di Jakarta. Adapun hasil utama dari Kongres Pemuda I ini antara lain;

Mengakui dan menerima cita-cita persatuan Indonesia
Usaha untuk menghilangkan pandangan adat dan kedaerahan yang kolot, dan lainnya. .



Kongres Pemuda II
Kongres Pemuda II

Nyatanya, pelaksanaan Kongres Pemuda I masih menuai banyak masalah dan polemik. Di antaranya seperti perumusan cita-cita persatuan yang masih samar dan belum jelas,  serta masih lekatnya unsur kedaerahan dalam beberapa organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Pemuda Kaum Betawi, Jong Islamieten Bond, Studerence Minahasa, dan lainnya.

Masalah perbedaan bahasa dan fanatisme budaya, serta ketidakhadiran para anggota Perhimpunan Indonesia (PI) juga menambah panjang deret kelemahan pelaksanaan Kongres Pemuda I ini. Akhirnya, mereka pun sepakat untuk kembali menyelenggarakan Kongres Pemuda II, dengan persiapan yang jauh lebih matang.

Kongres Pemuda II ini diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 26-28 Oktober 1928, serta dilaksanakan dalam tiga sesi di tiga tempat yang berbeda. Sesi pertama dimulai pada hari Sabtu, 27 Oktober 1928 bertempat di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein atau sekarang dikenal dengan Lapangan Banteng.

Pada acara ini, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito dalam sambutannya berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan pemuda Indonesia. Kemudian, Moehammad Yamin pun turut menguraikan tentang arti persatuan, dan lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia. Yakni sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Di hari kedua, rapat diselenggarakan di Gedung Oost-Java Bioscoop dengan fokus pembahasan pada masalah pendidikan. Pembicara dalam sesi ini adalah Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro. Keduanya berpendapat bahwa anak Indonesia harus mendapat pendidikan kebangsaan, demi tumbuhnya rasa cinta tanah air dan persatuan. Pentingnya pendidikan yang humanis dan demokratis juga ditegaskan dalam sesi ini.

Di hari yang sama, rapat juga diadakan di gedung Indonesische Clubgebouw yang berlokasi di Jl. Kramat Raya 106. Pada rapat ini, materi dan orasi dipaparkan oleh  Sunario dan Ramelan. Sunario menjelaskan tentang pentingnya nasionalisme dan demokrasi, sedangkan Ramelan mengemukakan tentang gerakan kepanduan yang tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.

Gerakan kepanduan ini adalah gerakan yang mendidik anak-anak sejak dini untuk disiplin dan mandiri, serta hal atau keterampilan lain yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Acara-acara ini kemudian diakhiri dengan pembacaan “Sumpah Pemuda” sebagai landasan untuk mencapai sebuah kemerdekaan. Ikrar ini menandai bahwa semangat nasionalisme para pemuda telah mencapai tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Adapun teks sejarah Sumpah Pemuda pada Kongres Pemuda II ini adalah;

PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).

KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).

KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).

Rumusan isi Sumpah Pemuda ini ditulis oleh Moehammad Yamin ketika Sunario –sebagai utusan kepanduan–  tengah berpidato tentang nasionalisme di sesi terakhir kongres.  Yang kemudian, rumusan isi ini dibacakan oleh Soegondo dan dijelaskan secara detail dan menyeluruh oleh Moehammad Yamin.

Dampak dari Sumpah Pemuda inilah menjadi cikal bakal solidnya semangat kesatuan dan persatuan. dan terbukti, Ikrar Sumpah Pemuda ini mampu mengikat segeap Rakyat Indonesia dari pelbagai elemen, etnis, suku,ras dan agama sehingga kelak mengantarkan Indonesia ke pintu gerbang Kemerdekaan pada tahun 1945. sungguh perjuangan yang sangat luar biasa. begitu kuatnya tekad pemuda zaman dulu, mental baja cocok untuk julukanya.



Potret Pemuda-pemuda Generasi Milenial

Momentum Sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 seakan menjadi spirit yang kuat dan mampu mengkonsolidasi rakyat Indonesia untuk bercita-cita mengusir kolonialisme dari bumi pertiwi, sampai pada saatnya Indinesia Merderka. setelah Indonesia merdeka, Indonesia memasuki babak baru dalam dinamika sejarah, dari aktivitas mengusir Penjajah beralih menjadi mewujudkan alasan mengusir Penjajah. cita-cita kemerdekaan Indonesia adalah spirit gerakan rakyat Indonesia yang berada pada masa Kemerdekaan. mengisi aktivitas kemerdekaan dengan aktivitas-aktivitas yang bisa membawa Negara Indonesia menjadi Negara yang disegani oleh seluruh penjuru Dunia.

namun apa jadinya bila semangat melanjutkan Cita-cita bangsa ini mulai memudar khususnya dikalangan Pemuda yang notabenya mereka adalah tonggak estafet penerus serta pewari peradaban Indonesia selanjutnya. semangat pemuda sekarang dalam mengisi kemerdekaan tidak membara sebesar pemuda dulu. pemuda sekarang dilelapkan oleh teknologi-teknologi modern. mudahnya mengakses apa yang mereka butuhkanmembuat mereka merasa enggan bekerja keras, mudanya literasi yang diperoleh di internet yang belum tentu jelas refrensinya menyebabakan mereka malas baca buku-buku. Generasi teknologi menggiring minset suka mengambil jalan pintas dalam mencari sesuatu.

dari artikel singkat ini mari kita pompa lagi semangat belajar kita, meri kita refleksikan bahwa jangan sampai pemuda-pemudi penerus perjuangan Pendiri Bangsa mendadak gagap bicara, gagap berargumentasi terlebih gagap bertindak dalam menyikapi realitas yang terjadi di Indoensia.

Bila Dulu Pemuda Bersumpah, Maka Jangan Sampai Sekarang Pemuda Disumpahi.

sebagai penutup tulisan ini, Kakak Najwa Syihab menyapa para Pemuda  Indonesia dalam catatanya :

Pemuda Pergerakan

“Seribu Orang Tua hanya bisa bermimpi, maka berikanlah aku lima pemuda agar dapat mengubah dunia”

Sejarah Pemuda adalah sejarah Revolusi
Pemudalah motor perubahan yang hakiki
Karena pemuda, kesadaran kebangsaan tumbuh seabad lalu di ibu pertiwi
Yang ratusan tahun dijajah bangsa kompeni
Siapa tak takjub karena sumpah sekelompok pemuda untuk bersatu Nusa, Bersatu Bangsa, dan Bersatu bahasa, maka jadilah Indonesia, Negeri dengan beragam suku dan religi yang sebelumnya tak lebih dari Negeri dongeng imajinasi
Pemuda bergerak,
Mencarikan jalan kemerdekaan,

Tanpa pemuda, proklamasi, rapat IKADA, atau pertempuran Surabaya tak akan pernah terlaksana
Pemuda ada di jalan revolusi yang lain, ketika sadar politik terlalu lama menjadi panglima dan ekonomi makin mendekati anarki.
Pemuda menuntut suksesi, mereka mendesak alih kepemimpinan Nasional dari tangan pemimpin besar revolusi, serta membersihkan politik dari anasir kiri.
Pemuda di setiap angkatan berpandu semangat jaman,
Meletusnya peristiwa malari sejatinya adalah ketidakpuasaan anak negeri terhadap modal asing yang merusak ekonomi.

Sekali lagi, pemuda menjadi penyambung revolusi.
Pemuda yang menduduki Gedung DPR-MPR mendesak rezim untuk lengser dan menjadi pengawal resmi atas orde reformasi.
Benar kata Bung Karno “ Seribu Orang Tua hanya bisa bermimpi, maka berikanlah aku lima pemuda agar dapat mengubah dunia”  Catatan Mata Najwa - 2010 -



ingin  lebih lebih mendalam berlajar peristiwa Sumpah pemuda, kita bisa menunjungi Museum Sumpah Pemuda yang berada di Gedung Sekretariat PPI Jl. Kramat Raya 106 Jakarta Pusat.


________________________________________________

Sumber  :

https://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda
https://www.academia.edu/10628136/Sejarah_Sumpah_Pemuda
http://www.wikipedia.org
http://arumugilestari.blogspot.co.id/2011/05/catatan-mata-najwa-pemuda-pergerakan.html

Posting Komentar

0 Komentar